The Marriage

-Bismillahirrahmanirrahiim-

Ada satu hal, yang merupakan suatu gerbang dari sebuah keputusan besar. Yang merupakan suatu jalan dari kehidupan baru, dengan berbagai kejutan dalam setiap langkahnya. Menjadi perisai bagi setiap diri yang senantiasa ingin menjaga diri. Satu hal, yang juga menjadi penyempurna untuk separuh iman yang hanya mengharap keridhaan Rabb-nya. Ya, ada satu hal. Ialah pernikahan.

"Tidak ada penawar yang lebih baik bagi dua insan yang saling mencintai selain pernikahan."
(HR. Ibnu Majah, Al Hakim, Al Bazzar, dihasankan Al Albani 
dalam Silsilah Ahadits Ash Shahihah, 2/196-198)
"Agama memudahkan urusan pernikahan. Bagi hati yang merasa terpaut dan berniat menghalalkannya, mudahkanlah urusannya. Kalaupun kemiskinan menjadi kendala ketika akan menikah, lihatlah cinta dari niat dan arah yang tepat dari pernikahan. Itu akan membuat pelakunya pontang-panting bekerja keras dengan segera. Seringkali kaya atau miskin adalah perputaran roda yang harus dijalani manusia dalam hidupnya. Sementara iman dan rasa tanggung jawab dari laki-laki adalah sesuatu yang pantas untuk kita jadikan pegangan awal untuk menjalani biduk rumah tangga.

Iman memang tak menjamin bahwa pernikahan kita akan penuh suka tanpa duka. Tak juga menggaransi pernikahan kita akan penuh kelimpahan tanpa kesempitan, atau bahkan mematenkan hidup penuh tawa tanpa tangis. Tapi, iman akan membuat kita lebih tenang kala ujian datang, lebih terarah saat gelombang menerjang, dan lebih berserah saat kenyataan terjadi tak sesuai harapan.

Segera bersikap jika cinta mulai tumbuh di jiwa. Karena cinta jiwa hanya tertuntaskan ketika hajat raga bertemu dalam pelaminan. Cinta itu diputuskan cepat, karena cinta itu baik dan benar. Jika memutuskan kebenaran membutuhkan waktu yang lama, khawatir hal tersebut tidak lagi menjadi benar pada saatnya.

Orang yang memutuskan mencintai seseorang, dengan segera ia akan melamarnya. Karena cinta itu cepat dan tak bisa ditunda-tunda. Jika seorang laki-laki memutuskan mencintai seseorang, tapi keputusan itu diikuti kegamangan untuk melamarnya, jangan sebut itu cinta. Karena cinta itu baik dan benar, dan kebenaran itu tidak diputuskan lama. Saat kita terlalu lama memutuskannya, khawatir cinta itu tak lagi benar.

Ini bukan bergesa, ini bergegas. Setiap laki-laki yang menemukan cinta yang dicarinya, bergegaslah mempersiapkan diri melamarnya. Cinta tak bisa dinanti-nanti. Apalagi memaksa perempuan yang kita sukai untuk mengerti. Menjanjikan waktu yang tak pasti pada perempuan, bukanlah sifat laki-laki yang mengaku mencintai.

Seorang ayah yang cinta pada istri dan anaknya, tak pernah bisa berlama-lama jauh dari keluarganya. Kalaupun pekerjaan memisahkan waktu dan tempat diantara mereka, waktu pulang adalah waktu yang paling ditunggu, yang paling diharapkan. Sekali lagi, karena cinta itu bergegas. Cinta tak mau menunggu lama.

Seorang hamba yang cinta pada Rabb-nya, ia tak akan bisa berlama-lama jauh dari Rabb-nya. Adzan berkumandang, ia bergegas. Begitupun dengan panggilan-panggilan amal shaleh lainnya. Dia tak bisa menunggu lama. Cinta membuatnya bergegas. Dia tak mau jadi yang paling belakang.

Oleh karena itu, bisa jadi derajat cinta kita pada sesuatu dapat diukur salah satunya dari seberapa bergegasnya kita atas cinta kita. Semakin cepat, semakin tinggi derajat cinta kita. Dan semakin lambat, semakin rendah cinta kita. Kelak, jika hati dan akal seorang lelaki sudah mengatakan mampu mengemban cinta pada seseorang, maka putuskan dengan cepat. Jangan biarkan syetan memberi ruang untuk dirimu bermaksiat.

Jika kita masih menimbang dengan sangat lama, tinggalkan dulu cinta itu. Berarti, kita belum cukup benar cintanya. Jangan dipaksakan saat itu. Karena cinta tanpa berujung penyatuan raga, hanya akan membuat jiwa kita lebih menderita. Tinggalkan sebentar cinta kita, lalu perjuangkan lagi saat tak ada lagi keraguan di hati untuk melambatkannya.

Cinta itu bukan virus. Ia tak pernah mematikan. Justru cinta itu harus dirawat, dipelihara, diperhatikan, agar terjaga kesehatannya. Syahwat dan syetan lah yang menjadi virus bagi cinta, yang membuat cinta itu jadi mematikan. Bergegaslah mempersiapkan diri jika diri mulai merasakannya. Tutupi ia, jadikan ia rahasia besar dalam dirimu. Segerakan cintamu itu begitu kau mampu. Karena mungkin, kita tak sekuat Ali dan Fatimah dalam menyimpan rahasia cinta ini dari keingintahuan syetan." [1]

[1] Siaran MQFM (02/01/2018) - Rumahku Surgaku : Kajian Pra-Nikah, oleh Ust. Tony Raharjo.

-----------------------------------------------------------------
Karena cinta tak lagi bermakna jika terlepas dari keridhaan-Nya. 
Maka, labuhkanlah ia pada dermaga yang tepat. Tempat dimana ia dapat menepi dan saling membersamai dalam cita menuju surga Ilahi Rabbi.
 ðŸŒ¸

Comments

Popular posts from this blog

Sakura